Limbah Tahu di Jaktim Cemari Lingkungan

Sabtu, 24 Mei 2014 Reporter: Jhon Syah Putra Kaban Editor: Lopi Kasim 15933

limbah tahu ilustrasi

(Foto: doc)

Tahu yang merupakan salah satu makanan favorit warga banyak di produksi di Jakarta Timur. Namun demikian, pengolahan limbah pabrik yang tidak sesuai persyaratan hingga mencemari lingkungan menjadi salah satu persoalan yang masih sulit ditangani. Di Jakarta Timur, sedikitnya ada 50 pabrik tahu.  

Kita sudah sarankan agar dilakukan konversi energi dari kayu bakar ke gas. Namun, menurut mereka harga gas cukup mahal

"Tahu merupakan industri kecil menengah yang tergolong industri padat karya. Industri tersebut mampu menyerap banyak tenaga kerja," ujar Tuti Kurniati, Kepala Suku Dinas Perindustrian dan Energi Jakarta Timur, Sabtu (24/5).

Yang menjadi masalah, kata Tuti, ada beberapa pabrik yang tidak mengolah limbahnya secara benar karena pengolahannya cukup kompleks. Hal itu berdampak negatif seperti, polusi air, udara, sumber penyakit, bau tidak sedap sehingga meningkatkan pertumbuhan nyamuk dan menurunkan keindahan lingkungan.

"Ada kemungkinan masyarakat terkena demam berdarah karena limbah itu," ucapnya.

Selain limbah tidak diolah, lanjut Tuti, pabrik tahu juga sering mengesampingkan prinsip ketertiban, kerapian, kebersihan, kelestarian, kedisiplinan dan Safety (5K+S). Sementara, jika proses produksi dilakukan dengan prinsip 5K + S dapat meminimalisir dampak buruk yang ditimbulkan bagi produk maupun limbahnya.

Selain itu, kayu bakar juga merupakan salah satu hambatan yang dihadapi pabrik tahu. Penggunaan kayu bakar yang banyak untuk proses produksi dapat menyebabkan polusi udara. "Kita sudah sarankan agar dilakukan konversi energi dari kayu bakar ke gas. Namun, menurut mereka harga gas cukup mahal," jelas Tuti.

Dikatakan Tuti, pengusaha pabrik tahu bersedia melakukan konversi kayu bakar ke gas, namun diharapkan ada insentif atau subsidi gas bagi usahanya. "Kita akan berikan subsidi mengingat bahan bakar merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan usaha," ujarnya.

Pihaknya, lanjut Tuti, berharap nantinya pengolahan limbah menjadi sarana penting yang tidak diabaikan. Pada masa mendatang, instalasi pengolahan limbah dapat diarahkan dengan bantuan dari berbagai pihak seperti Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu, pendampingan teknis pun diperlukan guna meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keahlian pelaku industri. Sehingga proses produksi yang bersih itu dapat meningkatkan kualitas produk hingga perilaku pekerja.

Ditambahkan Tuti, untuk isu formalin yang digunakan saat produksi sebagai pengawet, pihaknya tidak menemukan hal tersebut ketika melakukan pengecekan di lapangan.

"Kita lakukan pengecekan di lapangan, mereka tidak ada yang menggunakan formalin. Tapi, kemungkinan besar yang memakai formalin itu adalah pedagang eceran, jika tahunya tidak laku," tandasnya.

BERITA TERKAIT
waduk_pluit_jakarta_bayu.jpg

Sistem Polder Bisa Atasi Banjir di Jakut

Sabtu, 10 Mei 2014 6131

ahokk transport austria

DKI-Austria Jajaki Kerjasama

Selasa, 06 Mei 2014 4251

ilustrasi limbah

Air Tanah 3 Kecamatan di Jakbar Tercemar Limbah

Selasa, 22 April 2014 14938

Gubuk Liar Kalideres

Terminal dan Pasar di Jakbar Masih Kumuh

Selasa, 29 April 2014 4324

Bangunan Disegel

Cemari Lingkungan, Rumah Industri Batik Ditutup

Kamis, 15 Mei 2014 7337

BERITA POPULER
Pemkot Jakut Bantu Perketat Pengawasan Rusunawa Marunda

Pemkot Jakut Bantu Perketat Pengawasan Rusun Marunda

Jumat, 21 Juni 2024 468472

Dishub Gandeng Waze Luncurkan Fitur Navigasi Ganjil Genap

Dishub Gandeng Waze Luncurkan Fitur Navigasi Ganjil Genap

Kamis, 19 Oktober 2017 307208

90 Sanggar Betawi Belum Punya Badan Hukum

90 Sanggar Betawi Belum Punya Badan Hukum

Jumat, 10 Juli 2015 285026

 Libur Natal, 36.871 Pengunjung Padati TMII

TMII Dipadati Pengunjung

Jumat, 25 Desember 2015 283935

 4500 Warga Ramaikan Karnaval KBT

Karnaval KBT Dipadati Ribuan Warga

Minggu, 30 Agustus 2015 282608

Bagikan ke :
BANG JAKI +indeks
POTRET JAKARTA +indeks
VIDEO +indeks